Kamis, 19 November 2009

Planet X Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?

Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.

Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.

Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

Kuiper Belt Objects (KBOs)
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuiper. Kredit : NASA
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuiper. Kredit : NASA

Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.

Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.

Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA

Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.

“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” – Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.

Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.

Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?

Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.

Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.

Sumber : Universe Today

Senin, 04 Mei 2009

sumber pendapatan bidang pertanian

Lahan yang ada di Kabupaten Siak terdiri dari lahan kering dan lahan basah atau rawa dengan luas keseluruhan berjumlah 855.609 Hektar, baik dalam bentuk hutan negara, hutan lindung, lahan pertanian dan perkebunan, ladang/huma, kolam dan pemanfataan lainnya oleh masyarakat.

Khusus lahan pertanian pada tahun 2005 terdapat sebanyak 34.855,75 Ha, yang terdiri dari lahan kering 24.502,75 Ha dan lahan basah 10.353 Ha, dengan tingkat pemanfaatan masing-masing 6.012 Ha pada lahan sawah dan 385 Ha lahan kering, sehingga masih terdapat 28.458,75 Ha lahan yang belum dimanfaatkan, yaitu dengan rincian 4.341 Ha pada lahan sawah dan 24.117,75 Ha pada lahan kering.

Khusus lahan sawah pada Tahun 2005 tercatat 6.078 Ha, yang terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 50 Ha (0,82%), irigasi setengah teknis seluas 3.050 Ha (50,18%), irigasi sederhana seluas 115 Ha (1,89%), irigasi desa non PU seluas 55 Ha (0,90%) dan irigasi sawah tadah hujan seluas 2.808 Ha (46,20%).

Pemanfaatan Lahan sawah di Rinci Menurut Jenis Irigasi di Kabupaten Siak Tahun 2005

No

Kecamatan

Sumber Irigasi

Tadah Hujan (Ha)

Total (Ha)

Teknis

Setengah Teknis

Sederhana

Irigasi Desa Non PU

1.

Minas

-

-

-

-

20

20

2.

Kandis

-

-

-

-

50

50

3.

Siak

-

-

-

-

57

57

4.

Sungai Apit

-

-

-

-

2.264

2.264

5.

Sungai Mandau

-

-

115

-

50

165

6.

Kerinci Kanan

-

-

-

-

-

-

7.

Lubuk Dalam

-

-

-

-

-

-

8.

Tualang

-

-

-

55

-

55

9.

Koto Gasib

-

-

-

-

125

125

10.

Dayun

-

-

-

-

75

75

11.

Bungaraya

50

3.050

-

-

167

167


Jumlah

50

3.050

115

55

2.808

6.078

Bila dilihat penyebaran lahan sawah tersebut dari sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Siak tahun 2005, lahan sawah irigasi teknis dan setengah teknis terdapat pada Kecamatan Bunga Raya dan irigasi sederhana hanya terdapat pada Kecamatan Sungai Mandau. Irigasi Desa Non PU terdapat pada Kecamatan Tualang, sedangkan irigasi tadah hujan adalah jenis irigasi yang paling banyak dijumpai di Kabupaten Siak yaitu terdapat pada 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Siak, Sungai Apit, Minas, Bunga Raya, Dayun, Sungai Mandau, Kandis, dan Koto Gasib. Untuk jelasnya pemanfaatan lahan sawah menurut jenis irigasi dapat dilihat pada Tabel diatas.

Dengan kondisi lahan sawah seperti digambarkan pada Tabel Pemanfaatan lahan sawah menurut jenis irigasi di atas, maka hal ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan lahan tersebut dalam hal ini Indeks Pertanaman (IP), yang pada akhirnya akan mempengaruhi total luas tanam tanaman pangan dalam satu tahun serta pengaruh lebih jauh adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari lahan tersebut. Gambaran pemanfaatan lahan sawah menurut intensitas pertanaman sebagaimana tertera pada Tabel dibawah ini.

Pemanfaatan Lahan Sawah Menurut Intensitas Pertanaman di Kabupaten Siak, Tahun 2005

No

Kecamatan

Luas Intensitas Penanaman (Ha)

Total (Ha)
IP - 100IP - 200

1.

Siak

57,00

-

57,00

2.

Sungai Apit

2.264,00

-

2.264,00

3.

Minas

-

20,00

20,00

4.

Kandis

50,00

-

50,00

5.

Bungaraya

1.449,00

1.818,00

3.267,00

6.

Tualang

55,00

-

55,00

7.

Koto Gasib

125,00

-

125,00

8.

Dayun

75,00

-

75,00

9.

Kerinci Kanan

-

-

-

10.

Lubuk Dalam

-

-

-

11.

Sungai Mandau

215,00

-

215,00


Jumlah

4.290,00

1.838,00

6.128,00

Dari Tabel diatas terlihat bahwa dari total lahan sawah seluas 6.128 Ha, sebagian besar, yaitu 4.290 Ha atau 70,01% ditanami satu kali setahun atau Indeks Pertanaman (IP) 100, sedangkan lahan seluas 1.838 Ha atau 29,99% sudah ditanami dua kali setahun atau IP 200. Bila dilihat lebih jauh ternyata sebagian besar lahan yang ditanami dua kali setahun tersebut berada di Kecamatan Bunga Raya, yaitu seluas 1.818 Ha atau 98,91% dan sisanya Kecamatan Minas, yaitu seluas 20 Ha atau 1,09% dari lahan yang IP 200. Bila dikaitkan dengan data kondisi pengairan sebagaimana tertera pada Tabel Pemanfaatan lahan sawah menurut jenis irigasi di atas, maka lahan ini merupakan lahan irigasi setengah teknis.

Luas intensitas penanaman satu kali setahun (IP-100) Kabupaten Siak Tahun 2005 meningkat sebesar 300 Ha atau 7,51 Ha sedangkan luas intensitas penanaman dua kali setahun (IP-200) menurun menjadi 103 Ha atau 5,6%.